Penerapan Teknologi Informasi dalam Akuntansi
Perkembangan
TI yang pesat juga mengakibatkan perubahan signifikan terhadap
akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan teknologi terjadi
dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era
informasi. Peranan TI terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak
berbeda-beda. Semakin maju TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang
akuntansi. Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan sistem informasi
akuntansi (SIA) dalam hal pemrosesan data, pengendalian intern, dan
peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan.
Perkembangan SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan
juga mempengaruhi proses audit. Akhirnya, kemajuan TI memberikan peluang
baru bagi profesi akuntan. Peluang baru yang mungkin diraih di
antaranya adalah konsultan sistem informasi berbasiskomputer, CISA, dan
web trust audit.
Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan perubahan yang sangat signifikan terhadap akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era informasi. Hal ini dinyatakan oleh Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave (Robert, 1992).
Tonggak sejarah akuntansi dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli memperkenalkan sistem doble entry book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave menyatakan bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai masa bercocok tanam orang sudah mengenal teknologi, informasi, dan akuntansi.
Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book keeping sudah
tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai
memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya selama
suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki.
Pada era ini sistem doble entry book keeping mulai
diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia penemu sistem ini.
Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks, maka sistem doble entry book keeping mengalami
perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan metode
akuntansi yang kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing,
dan lain-lain (Belkaoui, 2000). Pada masa ini sistem informasi
akuntansi di dalam upaya untuk menyediakan informasi, baik kepada pihak
ekstern maupun intern masih dilakukan secara manual hanya dengan bantuan
mesin hitung ataupun kalkultor.
Model
akuntasi berbasis biaya historis tidak cukup untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh perusahaan pada era teknologi informasi (Elliot
dan Jacobson, Gani, 1999). Model akuntansi pada era teknologi informasi
menghendaki bahwa model akuntansi dapat mengukur tingkat perubahan
sumber daya, mengukur tingkat perubahan proses, mengukur aktiva tetap
tak berwujud, memfokuskan ke luar pada nilai pelanggan, mengukur proses
pada realtime, dan memungkinkan network.
Pada auditing with computer untuk membantu pelaksanaan keseluruhan program pengauditan digunakan mikro komputer. Auditing with computer
dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi terhadap proses pengauditan.
Mikro komputer akan mentransformasi beberapa fungsi audit. Auditing with computer menggunakan software untuk melaksanakan pengujian terhadap pengendalian intern organisasi klien (termasuk compliance test) dan pengujian substantif terhadap catatan dan file klien.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa auditing with computer mengarah pada penerapan expert system di dunia pengauditan. Expert system adalah
program komputer yang berciri intensif-pengetahuan yang menangkap
keahlian manusia dalam wilayah pengetahuan yang terbatas. Pada expert system pengetahuan
manusia dimodelkan atau direpresentasikan dalam satu cara yang bisa
diproses oleh komputer. Kondisi-kondisi dalam penyusunan laporan
keuangan dieksekusi dalam konstruksi IF-THEN. Jika kondisi adalah benar (true), maka suatu tindakan dilakukan.
Standar
profesional akuntan publik menyatakan bahwa pekerjaan audit harus
dilakukan oleh seorang auditor atau lebih, yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor. Namun, untuk
keperluan EDP audit, maka auditor yang bersangkutan selain memiliki
keahlian audit dan akuntansi jugaharus memiliki keahlian komputer.
Lebih-lebih jika auditor akan melakukan audit yang through dan within the computer.( http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/naniek noviari(1)
http://riyantiagustina.blogspot.com/2010/06/penerapan-teknologi-informasi-dalam.html
No comments:
Post a Comment